- Kajian Struktural
Dalam puisinya yang berjudul “Sajak Rajawali” ini Rendra banyak
menggunakan majas personifikasi. Hal ini dikarenakan untuk menambah suasana
kerealistisan puisi. Hal ini terlihat dari baris:
Bahwa langit akan selalu menanti
(Baris keempat bait kedua)
Rajawali adalah pacar langit
(Baris
pertama bait kedua)
Membela langit dengan setia
(Baris kedua bait keenam)
Puisi “Sajak Rajawali” ini bila diamati
dengan seksama tidak mengikuti pola-pola tertentu.
1. Tiap
bait terdiri dari 4-5 baris
2. Tiap
baris terdiri dari 3-6 kata
3. Sajaknya
tidak tetap
Hanya pada bait ketiga sajaknya seperti sajak pada
pantun yaitu a-b-a-b.
Langit tanpa rajawali (a)
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma (b)
Tujuh langit, tujuh rajawali (a)
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara (b)
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma (b)
Tujuh langit, tujuh rajawali (a)
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara (b)
Sedangkan pada bait yang lain, menggunakan
sajak bebas atau tidak terikat dengan pola tertentu. Bila kita perhatikan secara
keseluruhan, puisi tersebut bersajak sebagai berikut :
AAA
ABBB
ABAB
ABABB
ABBC
AABC
A. Analisis
dari segi bentuk fisik puisi
1. Monolog
dan Tipografik
-
Monolog
Secara keseluruhan
dalam puisi yang berjudul “Sajak Rajawali” ini adalah monolog, karena si
penyair saat berbicara dalam puisi ini seperti berbicara sendiri.
-
Tipografik
Sajak ini terdiri dari
6 bait, setiap baitnya terdiri dari 4-5 larik. Pengutaraan sajak ini tidak
terikat karena masing-masing bait tidak sepenuhnya menggunakan rima a-b-a-b.
Tidak terdapat sampiran, semua kata-kata yang digunakan oleh penyair sebagai
sarana pengantar kepuitisan. Kata dalam sajak ini kebanyakan diisi dengan simbol,
citraan, gaya bahasa, dan sarana puitis.
2. Subjek
lirik dan stilisasi diri
-
Subjek lirik
Pada bait
Rajawali adalah pacar
langit
Dan di dalam sangkar besi
Rajawali merasa pasti
Bahwa langit akan selalu menanti
Dan di dalam sangkar besi
Rajawali merasa pasti
Bahwa langit akan selalu menanti
Kita akan
membayangkan bait ini bahwa seekor burung rajawali yang dalam puisi ini
diartikan sebagai seorang suami adalah pacar langit yang diartikan sebagai
seorang istri. Suami yang setia pada istrinya seperti rajawali yang selalu
merasa yakin bahwa langit akan selalu menantinya.
-
Stilisasi diri
Stilisasi
diri adalah jarak atau hubungan antara lirik dengan penyairnya. Pandangan
secara keseluruhan bait dapat disimpulkan bahwa penyair hadir sebagai Aku lirik
dalam puisi ini.
3. Sintatik
logik dan semantic ritmik
-
Sintatik logik
Yaitu,
kalimat yang logis dan memiliki struktur kalimat :
Rajawali terbang tinggi
Dan ia akan mematuk
kedua matamu
Dalam 2 contoh kalimat di atas merupakan kalimat yang logis, saat
pembaca mulai membacanya sudah dapat memaknai sendiri kalimat tersebut.
-
Semantik ritmik
Yaitu
makna bunyi pada puisi. Dan makna bunyi yang ada pada puisi “Sajak Rajawali”
adalah :
Langit tanpa rajawali
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
Tujuh langit, tujuh rajawali
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
Tujuh langit, tujuh rajawali
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara
Dalam
bait tersebut terjadi pegulangan bunyi i dan a, diartikan bahwa seakan-akan
langit dan rajawali adalah hal yang saling melengkapi. Di mana ada langit di
situ pasti ada rajawali. Seperti halnya sepasang suami istri yang saling melengkapi
dalam menjalani kehidupan.
B. Pencarian Arti Puisi Melalui Pembacaan
Heuristik
Sebuah sangkar (yang terbuat dari) besi. Tidak (akan) bisa mengubah (burung)
rajawali (untuk) Menjadi seekor burung nuri.(burung) Rajawali adalah pacar(nya) langit. Dan di dalam sangkar (yang terbuat dari) besi. (burung)
Rajawali merasa pasti (dan yakin).Bahwa langit akan selalu menanti (kehadiran burung rajawali). Langit tanpa (kehadiran
burung) rajawali adalah keluasan
dan kebebasan tanpa sukma. Tujuh langit,(harus terdapat) tujuh (burung) rajawali.
Tujuh cakrawala,(harus terdapat) tujuh pengembara. (burung)
Rajawali terbang (sangat) tinggi
memasuki (daerah) sepi. Memandang (luasnya) dunia. (burung) Rajawali di sangkar (yang terbuat dari) besi.
Duduk (sambil)
bertapa. Mengolah(seluruh) hidupnya. Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan. Yang (akan)
terjadi dari keringat (yang dikeluarkan oleh) matahari. Tanpa (adanya)
kemantapan (dari) hati (burung) rajawali. Mata kita hanya (dapat)
melihat matamorgana. (burung) Rajawali terbang (sangat) tinggi.
(selalua)Membela langit dengan setia.
Dan ia akan (benar-benar) mematuk kedua (bola) matamu.
Wahai, kamu (manusia),(sang) pencemar langit yang durhaka.
C. Pencarian Arti Puisi Melalui
Pembacaan Hermeneutik
Dalam puisi di
atas mengibaratkan seekor rajawali adalah sosok suami dan langit adalah sosok
istri. Mengarungi luasnya samudra kehidupan dengan penuh
rintangan tak akan mengubah suami
menjadi sesosok laki-laki yang mudah putus asa. Suami di sini digambarkan
sebagai suami sejati yang selalu memberikan seluruh kepercayaannya kepada sang
istri.
Di
saat suami merasa hampir putus asa karena beban kehidupan, ia tidak khawatir
karena ia yakin bahwa istrinya akan selalu setia menemaninya dan tak akan
meninggalkannya dalam kesusahan. Dengan demikian bagi seorang suami yang
menghargai posisi istrinya, tidak akan dapat hidup tanpa istri. Demikian halnya
juga dengan Rendra. Seorang prnyair yang terkenal, namun tanpa dukungan dari
istrinya ia tidak akan mampu menghasilkan berbagai karya sastra. Hal ini dapat
dilihat pada bait:
rajawali
adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar