Minggu, 11 September 2011

Analisis Struktural (Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantu)


Pada kesempatan ini saya akan sedikit berbagi ilmu mengenai cara melakukan analisis struktural pada puisi, dan bila ada kekurangan,mohon diberi masukan ya...

Surat Kepada Bunda : Tentang Calon Menantu
Karya : Rendra



Mama tercinta
Akhirnya ku temukan juga jodohku
Seorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkahlaku dan bicara
Serta sangat menyayangiku

Terpupuslah sudah masa-masa sepiku
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
Hatimu yang baik itu
Yang selalu mencintaiku
Karena kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
Dan sepatu yang berat serta nakal

Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah aku lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak, dan sederhana

Mama
Burung dara jantan yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
Dan tiada akan pulang
Buat selama-lamanya

Ibuku
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah kau cemburu
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi

Begitu kata alam begitu kau mengerti
Bagai dulu bundamu melepas aku
Kawin dengan ayahku dan bagai …..
Bunda ayahku melepaskannya
Untuk mengawinimu
Tentu sangatlah berat
Tetapi itu harus, mama!
Dan akhirnya tak akan begitu berat
Apabila telah dimengerti
Apabila telah disadari

Hari yang sabtu akan datang
Aku akan membawanya kepadamu
Ciumlah kedua pipinya
Dan panggilah ia dengan kata : Anakku!

Bila malam telah datang
Kisahkan padanya
Riwayat para leluhur kita
Yang ternama dan perkasa
Dan biarkan ia nanti
Tidur disampingmu

Iapun anakmu
Sekali waktu nanti
Ia akan melahirkan cucu-cucumu
Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu

Dan kepada mereka
Ibunya akan bercerita
Riwayat yang baik tentang nenek mereka
Bunda bapak mereka
Ciuman abadi
Dari anak lelakimu yang jauh



Analisis Struktural Puisi Surat Kepada Bunda (WS Rendra)

  1. Tipografi
Penyusunan baris dan bait dalam puisi.
Penyusunan baris dan bait dalam puisi di atas sudah teratur tetapi dengan baris dan bait yang tidak sama.
  1. Diksi
    Dalam puisi ini Rendra sebagian besar menggunakan kata-kata yan bermakna polos, lugas, dan denotatif. Namun dalam puisi ini Rendra paling dominan menggunakan kata-kata yang memiliki makna konotatif.
Pemakaian kata-kata yang bermakna konotatif dalam puisi Surat Kepada Bunda ini, antara lain terdapat pada :
a.       Karena kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
·         Kata-kata diatas dapat diartikan sebagai hati seorang (kapal) yang sudah sekian lama mencari tambatan hati yang tepat (yang berlayar) dan sekarang sudah menemukan orang yang menurutnya sangat tepat untuk dijadikan seorang istri (telah berlabuh dan ditambatkan)
b.      Dan sepatu yang berat serta nakal
Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah aku lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak, dan sederhana
·         Kata-kata diatas berarti seorang anak yang nakal (sepatu yeng berat serta nakal) yang selalu melakukan sesuatu yang membuat ibunya selalu khawatir(yang dulu biasa menempuh jalan-jalan yang menghawatirkan), dan sekarang telah berubah menjadi orang yang baik dan selalu mendatangkan ketentraman.
c.       Burung dara jantan yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
·         Kata-kata diatas dapat diartikan seorang anak lelaki (burung jantan nakal) yang dirawat sejak kecil (yang dulu kau pelihara) dan sekarang telah menemukan jodohnya sehingga ia harus meninggalkan rumah orang tuanya (kandang yang kau buatkan)
3.    Citraan
Citraan adalah gambaran angan yang timbul setelah seseorang membaca karya sastra. Citraan yang terdapat dalam puisi Surat Kepada Bunda ini meliputi citraan gerak dan citraan penglihatan. Adapun data-data yang memuat mengenai citraan gerak dan penglihatan nampak sebagai berikut:

  1. Karena kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
Dan sepatu yang berat serta nakal

  1. Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak, dan sederhana

  1. Kini terbang telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan

  1. Kisahkan padanya
Riwayat para leluhur kita
Yang ternama dan perkasa
Dan biarkan ia nanti
Tidur disampingmu

Dari data-data di atas dapatlah kita katakan bahwa seolah-olah kejadian-kejadian itu
bergerak dan dapat  kita lihat tetapi sebenarnya tidak demikian.

  1. Bahasa Kias atau Permajasan
Bahasa kias adalah suatu alat untuk melukiskan, menggambarkan, menegaskan inspirasi dalam bentuk bahasa dengan gaya yang mempesona Dalam puisi ini menggunakan majas:
    1. Personifikasi
Yang mengungkapkan adanya gaya bahasa personifikasi adalah :
1)      Begitu kata alam begitu kau mengerti
2)      Bila malam telah dating
3)      Hari yang sabtu akan datang
b. Hiperbola
Yang menunjukkan gaya bahasa hiperbola nampak sebagai berikut:
1)      Hendaknya berhenti gemetar rusuh
Hatimu yang baik itu
2)      Riwayat para leluhur kita
Yang ternama dan perkasa
3)      Ciuman abadi
Dari anak lelakimu yang jauh

  1. Sarana Retorika
Sarana retorika merupakan alat untuk mengungkapkan keseluruhan bentuk, dalam arti bentuk yang terjalin dari kata-kata tersebut. Sarana retorika ini meliputi tiga hal yakni, ambiguitas, enjabemen, dan elipsis.
a. Ambiguitas
Ambigiutas adalah kalimat yang memiliki makna ganda. Pada puisi tersebut tidak terdapat kalimat yang bermakna ambiguitas.
b. Enjabemen
Enjabemen adalah perpindahan dari baris yang satu ke baris berikutnya. Adapun  yang mengungkapkan tentang enjabemen tersebut nampak dalam data berikut:
a.       Karena kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
Dan sepatu yang berat serta nakal
C.    Elipsis
Elipsis digunakan penyair untuk menyingkat kata dalam puisi tersebut tanpa mengubah maksud yang terkandung dalam puisi tersebut. Namun Rendra kurang menyukai adanya elipsis dan lebih menyukai kata-kata yang tidak disingkat

  1. Bentuk Puisi
Bentuk puisi mempunyai peranan yang penting. Dengan adanya bentuk puisi ini kita dapat menentukan puisi tersebut termasuk puisi lama atau modern. Di samping itu bentuk puisi antara puisi yang satu dengan lainnya berbeda.
a.      Bait dan Baris
Adapun bait dan baris yang terdapat dalam puisi tersebut nampak sebagai berikut:
Dalam puisi tersebut memiliki Jumlah bait sepuluh. Penjabarannya adalah Bait pertama lima baris, bait kedua tujuh baris, bait ketiga ketiga enam baris, bait keempat tujuh baris, bait kelima lima baris, bait keenam sepuluh baris, bait ketujuh empat baris, bait kedelapan lima baris, bait kesembilan empat baris, bait kesepuluh enam baris. Jumlah baris keseluruhannya lima puluh sembilan baris.
b.      Persajakan
Puisi tersebut memiliki persajakan bebas. Jumlah barisnya dari bait yang satu dengan bait lainnya berbeda. Sehingga persajakan bebas ini tidak memerlukan aturan, dalam arti aturan menganai persajakan.
  1. Isi Puisi
Isi puisi merupakan maksud penyair yang tertuang dalam puisi.
Rendra dalam puisi “Surat Kepada Bunda” ini mengungkapkan dirinya sebagai seorang pemuda yang selama ini hidup dalam naungan ibunya akhirnya telah menemukan pasangan hidupnya. Kemudian dia menceritakan sosok calon istrinya tersebut kepada ibunya. Dia berharap ibunya dapat menerimanya dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri.
Surat Kepada Bunda ini mengungkapkan tentang permintan restu Rendra kepada ibundanya untuk menikahi kekasihnya dan berharap agar sang bunda menyetujui keputusannya untuk menikah.


Selasa, 05 Juli 2011

Patience = Would Suffer?

Today I learned a crucial lesson from the events experienced by my friend, that is a patience. In different sizes, of course, everyone has experienced hardship and suffering in his life, so being patient is a role here, because patience is so important role in controlling feelings and behaviors. This is gradually being understood better and I bear in my life, trying to better interpret InsyaAlloh and take the wisdom of patience, because it's important to me in passing my days.
My best friend, honestly I really feel sorry to my friend on this one. Where tomorrow (July 6, 2011) is her 20th birthday, but she just get a test of life that requires extra patience. Sometimes I think people like her had experience the bitterness of others, and very complicated family problems. It all went through with sincerity and patience. Not infrequently she called me to devote all her anxieties. I often shed tears because no power to feel what she feels. I'd love to help her, but I couldn’t. I can only say the word patience many times to calm her. I feel guilty because I could not help her. I've never encountered a problem as complicated like this. I can only try to make happy happy with the silliness that I made. Miraculously it worked. she's the type of person who likes to joke, so she could forget her grief for a moment.
Lots of advice she gave to me, of course, on how to solve the problem with patience. she's    very good at once forbade me to do the mistakes she ever made. Sometimes I feel very touched and cried when remembering her words. There has never been a friend has been such a concern for me. I always prayed he was given strenght and elevated rank. It was not easy to be patience. There are so many temptations to sway hearts. Not that it's willing to suffer patiently, to tough, forgiving, and so on. However, this patient had close links with self-control so there is balance. People who are mentally unbalanced and reason are the ones who have a good level of patience. Thus, being patient is not only applicable when faced with any calamity, but rather is also applicable in various situations. I hope we all be classified as those who wait.

Minggu, 03 Juli 2011

KEKACAUAN YANG TAK TERGANTIKAN

(catatan konyol)
Kekacauan, itulah kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan suasana di kelas. Aku tak pernah menyangka telah menjadi bagian dari “kekacauan” ini. Namun kenyataannya aku memang salah satu dari semua “kekacauan” ini.
Dua tahun sudah aku telah meninggalkan bangku SMA, dan dua tahun pula aku telah duduk di bangku kuliah. Semua ini ku jalani tanpa terasa. Entah mengapa selama ini aku berpikir bahwa pertemananku di kampus jauh lebih menyenangkan daripada di SMA. Mungkin karena teman-temanku di kampus secara umum memiliki karakter yang hampir sama denganku, mereka terkesan rendah hati dan apa adanya. Sedangkan teman-temanku saat SMA terkesan selalu berusaha mengubah dirinya menjadi orang lain, jaim, dan ingin selalu terlihat mewah di depan semua teman-temannya. Jujur saja, masa SMA bagiku tidak begitu mengesankan.
Berawal dari background yang sama, aku, Nayra, Ayumi dan Reas tanpa kami sadari telah menjadi teman dekat. Mengapa ku katakan kami memiliki background yang sama, karena kami adalah orang-orang yang tertolak saat ingin masuk ke Pendidikan Bahasa Inggris. Dan sekarang kami justru berada di Pendidikan Bahasa Indonesia. Sedikit menyesal pada awalnya itu hal yang wajar, tetapi setelah berpikir panjang kami justru sangat bersyukur dapat diketemukan di Pendidikan Bahasa Indonesia ini karena kami dapat menjadi teman baik dan saling melengkapi.
Empat semester kuliah ternyata membuatku memahami semua karakter teman-temanku. Dan salah satu temanku yang memiliki banyak kesamaan denganku adalah Nayra. Si gadis cantik keturunan arab ini memang tidak bisa diprediksi bila hanya dilihat dari fisiknya saja. Dia terkesan jutek. Namun bila sudah tahu sifatnya, semua orang tak kan menyangka bahwa dia adalah gadis yang sangat menyenangkan. Kami sering melakukan hal-hal konyol bersama, seperti tertawa terbahak-bahak, dan bernyanyi di kelas. Lagu yang berjudul White Horse, Mine, dan Back to December yang dinyanyikan oleh penyanyi country Taylor Swift adalah lagu yang sering kami nyanyikan. Entah mengapa  bagi Nayra makna dari lagu-lagu tersebut sangat cocok dengan kehidupannya sekarang.
Hal-hal konyol yang aku dan Nayra lakukan ternyata memberi dampak pada Ayumi. Dia sekarang juga sangat menyukai lagu-lagu Taylor Swift dan mulai menghafalkannya. Sehingga tak jarang kami bertiga bernyanyi bersama di kelas. Reas pun hanya tersenyum heran dengan ulah kami. Teman-teman lain tidak merasa terganggu oleh tingkah kami karena menurut mereka itu hal yang sudah biasa kami lakukan.
Ternyata bukan hanya kami yang selalu melakukan hal-hal bodoh di kelas, namun para kaum lelaki pun juga tidak kalah konyol. Mereka selalu bercanda apa adanya, tidak tahu malu dan terkesan vulgar. Sungguh sebuah komunitas yang aneh.
Walaupun demikian, aku merasa sangat bahagia menjadi salah satu penghuni kelas Bahasa Indonesia. Karena dengan demikian aku dapat memetik pelajaran yang sangat berharga dari segala peristiwa yang terjadi pada teman-temanku. Dan aku berharap persahabatan ini akan terus berjalan hingga akhir nanti.



Analisis "Sajak Rajawali"

  1. Kajian Struktural
Dalam puisinya yang berjudul “Sajak Rajawali” ini Rendra banyak menggunakan majas personifikasi. Hal ini dikarenakan untuk menambah suasana kerealistisan puisi. Hal ini terlihat dari baris:
Bahwa langit akan selalu menanti
(Baris keempat bait kedua)
Rajawali adalah pacar langit
(Baris pertama bait kedua)
Membela langit dengan setia
(Baris kedua bait keenam)
Puisi “Sajak Rajawali” ini bila diamati dengan seksama tidak mengikuti pola-pola tertentu.
1.      Tiap bait terdiri dari 4-5 baris
2.      Tiap baris terdiri dari 3-6 kata
3.      Sajaknya tidak tetap
Hanya pada bait ketiga sajaknya seperti sajak pada pantun yaitu a-b-a-b.
Langit tanpa rajawali (a)
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma (b)
Tujuh langit, tujuh rajawali (a)
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara (b)
Sedangkan pada bait yang lain, menggunakan sajak bebas atau tidak terikat dengan pola tertentu. Bila kita perhatikan secara keseluruhan, puisi tersebut bersajak sebagai berikut :
AAA
ABBB
ABAB
ABABB
ABBC
AABC


A.    Analisis dari segi bentuk fisik puisi
1.      Monolog dan Tipografik
-          Monolog
Secara keseluruhan dalam puisi yang berjudul “Sajak Rajawali” ini adalah monolog, karena si penyair saat berbicara dalam puisi ini seperti berbicara sendiri.
-          Tipografik
Sajak ini terdiri dari 6 bait, setiap baitnya terdiri dari 4-5 larik. Pengutaraan sajak ini tidak terikat karena masing-masing bait tidak sepenuhnya menggunakan rima a-b-a-b. Tidak terdapat sampiran, semua kata-kata yang digunakan oleh penyair sebagai sarana pengantar kepuitisan. Kata dalam sajak ini kebanyakan diisi dengan simbol, citraan, gaya bahasa, dan sarana puitis.
2.      Subjek lirik dan stilisasi diri
-          Subjek lirik
Pada bait
Rajawali adalah pacar langit
Dan di dalam sangkar besi
Rajawali merasa pasti
Bahwa langit akan selalu menanti
Kita akan membayangkan bait ini bahwa seekor burung rajawali yang dalam puisi ini diartikan sebagai seorang suami adalah pacar langit yang diartikan sebagai seorang istri. Suami yang setia pada istrinya seperti rajawali yang selalu merasa yakin bahwa langit akan selalu menantinya.
-          Stilisasi diri
Stilisasi diri adalah jarak atau hubungan antara lirik dengan penyairnya. Pandangan secara keseluruhan bait dapat disimpulkan bahwa penyair hadir sebagai Aku lirik dalam puisi ini.


3.      Sintatik logik dan semantic ritmik
-          Sintatik logik
Yaitu, kalimat yang logis dan memiliki struktur kalimat :
Rajawali terbang tinggi
Dan ia akan mematuk kedua matamu
Dalam 2 contoh kalimat di atas merupakan kalimat yang logis, saat pembaca mulai membacanya sudah dapat memaknai sendiri kalimat tersebut.
-          Semantik ritmik
Yaitu makna bunyi pada puisi. Dan makna bunyi yang ada pada puisi “Sajak Rajawali” adalah :
Langit tanpa rajawali
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
Tujuh langit, tujuh rajawali
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara
Dalam bait tersebut terjadi pegulangan bunyi i dan a, diartikan bahwa seakan-akan langit dan rajawali adalah hal yang saling melengkapi. Di mana ada langit di situ pasti ada rajawali. Seperti halnya sepasang suami istri yang saling melengkapi dalam menjalani kehidupan.
B.     Pencarian Arti Puisi Melalui Pembacaan Heuristik
Sebuah sangkar (yang terbuat dari) besi. Tidak (akan) bisa mengubah (burung) rajawali (untuk) Menjadi seekor burung nuri.(burung) Rajawali adalah pacar(nya) langit. Dan di dalam sangkar (yang terbuat dari) besi. (burung) Rajawali merasa pasti (dan yakin).Bahwa langit akan selalu menanti (kehadiran burung rajawali). Langit tanpa (kehadiran burung) rajawali adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma. Tujuh langit,(harus terdapat) tujuh (burung) rajawali. Tujuh cakrawala,(harus terdapat) tujuh pengembara. (burung) Rajawali terbang (sangat) tinggi memasuki (daerah) sepi. Memandang (luasnya) dunia. (burung) Rajawali di sangkar (yang terbuat dari) besi. Duduk (sambil) bertapa. Mengolah(seluruh) hidupnya. Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan. Yang (akan) terjadi dari keringat (yang dikeluarkan oleh) matahari. Tanpa (adanya) kemantapan (dari) hati (burung) rajawali. Mata kita hanya (dapat) melihat matamorgana. (burung) Rajawali terbang (sangat) tinggi. (selalua)Membela langit dengan setia. Dan ia akan (benar-benar) mematuk kedua (bola) matamu. Wahai, kamu (manusia),(sang) pencemar langit yang durhaka.

C.    Pencarian Arti Puisi Melalui Pembacaan Hermeneutik
Dalam puisi di atas mengibaratkan seekor rajawali adalah sosok suami dan langit adalah sosok istri. Mengarungi luasnya samudra kehidupan dengan penuh rintangan  tak akan mengubah suami menjadi sesosok laki-laki yang mudah putus asa. Suami di sini digambarkan sebagai suami sejati yang selalu memberikan seluruh kepercayaannya kepada sang istri.
Di saat suami merasa hampir putus asa karena beban kehidupan, ia tidak khawatir karena ia yakin bahwa istrinya akan selalu setia menemaninya dan tak akan meninggalkannya dalam kesusahan. Dengan demikian bagi seorang suami yang menghargai posisi istrinya, tidak akan dapat hidup tanpa istri. Demikian halnya juga dengan Rendra. Seorang prnyair yang terkenal, namun tanpa dukungan dari istrinya ia tidak akan mampu menghasilkan berbagai karya sastra. Hal ini dapat dilihat pada bait:
rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti